Aku nggak begitu ingat sejak kapan itu dimulai. Mungkin, sejak pertemuan kami di kedai thai tea depan sekolah yang selalu menjadi tempat pelarianku sebab kantin membludak ramai. Atau juga, sejak ibu guru menyuruhku membawa sepaket proyektor miliknya untuk kubawakan ke kelasnya. Tapi, bisa juga, sejak ia yang berdiri ditepi lapangan memilih untuk berbicara dengan kucing liar tanpa menghiraukan intruksi Pak Satria untuk praktek bola besar. Sejak-sejak yang entah keberapanya, seolah menjadi kepingan-kepingan mendasarku menjadi perasaan yang sudah-sudah. Yang sekarang aku nggak tahu bentuknya seperti apa dan untuk apa. Aku juga nggak tahu harus mulai darimana atau harus berakhir seperti apa. Aku juga nggak tahu hal ini harus sederhana atau meraja? Tapi, setelah hal ini- itu yang tak berkesudahan, aku berpikir untuk, sepertinya hal ini tidak perlu dijadikan hal baknya tali. Maksudku, yang tidak ada awal, dan tidak ada ujungnya. Aku rasa, bagiku hal ini tidak perlu selesai. Maka b...
tinggalah di sini lebih lama, sampai abadi bersama tulisan-tulisanku.