Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

tak ada tempatku di sana

halo, Gema. sudah hampir satu tahun, ya. hampir satu tahun tak ada balon chat di room chat kita. tak ada topik apapun yang membuatku selalu ingin mengulangnya, tak ada obrolan apapun yang membuatku selalu ingin menyimpannya.  dia Gema. Gema tak seperti tokoh fiksi dinovel atau karakter heroik di film. dia memang sempurna, tapi bukan seperti karakter novel atau film, bukan. Gema punya cara berbeda menunjukan kesempurnaannya. entah bagaimana, intinya Gema berbeda. Gema sempurna, tapi tak seperti yang lainnya.  Gema bukan karakter penuh rasa cuek dan sikap dingin, bukan.  Gema hanyalah Gema. pemilik senyum bulan sabit yang selalu membuatku ingin sekali menjadi bintangnya. sayangnya, tempatku bukan disitu. bintangnya itu bukan rumahku.  aku tak akan bisa hadir dirumahnya, aku tak bisa menetap. Gema hanya memberikanku secangkir kopi, yang seharusnya ku ucapkan terima kasih, bukan memberi hatiku untuknya.  kami punya tempat masing-masing.  ia di rumahnya. dan aku...

tak apa, menyukainya.

"ada dua insan langit dan birunya laut yang menatap, tanpa bertemu yang jatuh cinta, tanpa saling menggenggam hai, nona, bagaimana sudahkah merapah hatimu? apa yang kau temukan? cinta tanpa temu? selamat sudah menjadi bulan-bulanan semesta" Siapa kali ini yang terbuai? Aku. Sendirian. "Apa yang kamu harapkan dari hubungan ini?" "Selalu bersama, sampai nanti tua." "Memangnya, diwaktu tua, ada apa sih? Kenapa selalu sampai tua?" "Tua itu ibaratnya, kita sudah bukan lagi manusia. Tidak lagi mengejar, tidak lagi memendam, tidak lagi bersembunyi, bebas seperti anak kecil yang merasa dunia ini serba menyenangkan dimatanya." "Kalau begitu, aku boleh tidak mengejarmu lagi, memendam perasaanku lagi, menyembunyikan terpesonaanku padamu, kan?" "Ya, tentu." "Kamu tahu?" "Apa?" "Aku menyukaimu?" "Tahu." "Terus?" "Nggak papa." Salam dari, Jua. 3 Mei, 2020.

Jarum Jam dan Pukul 12—soon.

"Kamu akan tetap menjadi yang terbaik untukku, Pram. Patah hati yang terbaik." Ketika kita tahu bahwa tokoh utama sejati hanyalah di hidup sendiri.  Aku jadi paham, mengapa manusia suka sekali mementingkan diri sendiri.  o0o "Prama memang membuatku bahagia, Rin. Tapi, Bian. Bian melengkapi kebahagian yang sebelumnya sudah aku punya." Dan aku sadar, perasaan yang ku punya ini akan menjadi keegoisan paling besar. o0o Patah hati yang menggerogoti hati membuatnya menutup pintu masuk hadirnya perasaan. Meski, sulit melupakan Prama, ia tak akan lengah untuk dipatahkan kembali. Lagi pula, hadirnya Bian membuat dirinya melupakan luka terbaiknya itu. Tapi satu fakta ia lupakan, bahwa  ia memang pemilik hatinya. Tapi, ia, bukan pengendalinya. "Kak Bian?" "Ya?" "Kalau aku jatuh cinta, bagaimana?" "Aku tidak bisa membantumu, itu, kan, perasaanmu." "Meski orang itu adalah Kak Bian?" Jarum Jam & Pukul 12 by Jua Zahra